Rabu, 17 Februari 2016

Bila Harga Cabe Naik, Orang Minang Pun Panik

Cabe merah bisa dikatakan bahan makanan pokok bagi orang Minang. Rata-rata masakan Padang mengandung cabe, sebut saja apa nama masakannya. Anda bisa intip di rumah makan Padang yang banyak tersebar di tanah air. Mulai dari rendang, kalio, sampadeh ikan atau daging, pangek, soto, dan makanan berkuah lainnya. Bila tidak mengandung cabe merah, dipastikan ada cabe hijau atau cabe rawit di dalamnya. Pendek kata hampir semua masakan dicabein termasuk telur balado, dendeng balado, ayam goreng balado, dan palai (pepes). Bahkan ada masakan khusus yang hanya terdiri dari cabe, bawang, tomat dan garam. Namanya samba lado.

image from gambargratis.com

Tidak hanya di rumah makan. Di rumah tangga pun setiap hari masakannya juga mengandung cabe. Kalau makan tidak ada cabenya,  serasa belum makan. Begitu yang kerap saya dengar. Artikel ini ditulis karena saat ini di Padang harga cabe sedang merangkak naik. Hampir menyentuh level 80 ribu perkilogram. Kalau naik terus, bisa-bisa menyamai harga sekilo daging. Ini bikin resah banyak rumah tangga di Sumatera Barat. Kegelisahannya bisa jadi melebihi naiknya harga BBM.

Seberapa Banyak Orang Minang mengkonsumsi cabe?

Saya tidak tahu pasti, lagipula saya tidak menemukan data statistik yang ada. Tapi baiklah saya gambarkan ilustrasi berikut ini.
Dulu sewaktu masih tinggal di Jakarta, ketika istri sedang memasak, ada tetangga yang mampir dan melihat istri sedang mengulek cabe. Ada hajatan apa, ngulek cabe begitu banyak? Padahal istri hanya mengulek di cobekan kecil saja. Istri saya orangnya memang palado (doyan cabe) dan mau masak ikan goreng balado. Si tetangga udah bergidik ngeri sembari berhahaha, pedes katanya. Si tetangga ini kebetulan orang Sunda. Lalu saya teringat waktu kecil, di kampung ada orang Jawa, anak kos, yang terkaget-kaget melihat ibu saya sedang menggiling cabe. Komennya juga sama. Dari pengamatan saya selama ini baik dari keluarga besar, maupun teman-teman orang Padang memang doyan cabe dibanding teman-teman yang bukan orang Padang. Dan saya lihat, rata-rata, sekali masak orang Padang mengkonsumsi cabe 1- 1,25 ons setiap kali memasak. Kadang-kadang saya juga terheran-heran melihat masakan atau lauk apapun, pasti dicabein. Secara pribadi saya bukan palado, dan bisa makan tanpa cabe (yang penting ada sayuran berwarna hijau).

Cara Ngulek Cabe Orang Minang Beda
Kalau di daerah lain orang mengulek cabe menggunakan cobek, tapi di Sumatera Barat orang menggunakan batu bulat, namanya batu lado. Karena orang Padang mengkonsumsi cabe lebih banyak, maka penggunaan cobek tidak efektif, tapi dengan batu lado yang bulat serta landasan yang cukup besar, bisa mengulek lebih banyak. Makanya orang Padang menyebut kegiatan ini dengan menggiling cabe. Katanya juga, rasa pedas yang dihasilkan beda karena dengan menggiling, biji cabe hancur dan menyatu dengan bumbu lain. Kalau malas menggiling cabe, maka blender jadi pilihan.

Mengapa Orang Minang Suka Cabe Merah?
Itu pertanyaan yang lebih tepat saya rasa dibandingkan pertanyaan mengapa orang Minang suka pedas? Rasa pedas bisa saja diperoleh dari cabe rawit, cabe hijau, maupun merica. Tapi kebanyakan masakan Padang lebih banyak menggunakan cabe merah. Memang ada juga masakan seperti itiak lado ijau yang menggunakan cabe hijau atau ikan asin lado ijau. Sebagai orang minang saya mencoba menjelaskannya.

Makanan tak lepas dari kebudayaan dan adat istiadat suatu negeri. Dalam budaya minangkabau, tiga warna yang menjadi lambang adalah hitam, merah dan kuning (mirip bendera Jerman). Dalam prosesi budaya tiga warna ini mendominasi. Lihatlah pakaian pengantin dan pelaminan serta pakaian bundo kanduang. Kuat nuansa merahnya. Maka begitu juga pada makanannya. Cabe merah memberi warna yang dekat dengan budaya. Warna merah melambangkan ketegasan dan keberanian dan juga lambang kaum alim ulama.

Rasa pedas yang ada pada cabe berasal dari zat capsaicin. Saat tubuh merasa pedas, hipotalamus akan bereaksi mengeluarkan endorphin, senyawa sejenis morpin  yang bersifat menenangkan bila saraf tubuh merasakan sakit (pedas dianggap sebagai rasa sakit). Orang Minang dari kecil sudah terbiasa dengan makanan pedas. Setiap kali makan yang pedas, maka endorphin akan dilepaskan oleh hipotalamus sehingga menimbulkan ketagihan.

Kondisi alam Sumatera Barat adalah alam pegunungan. Masyarakat asli Minang tinggal di pegunungan  seperti kaki gunung Marapi, Singgalang, Tandikat, ataupun kawasan bukit Barisan. Cabe gampang tumbuh di alam seperti itu. Karena konturnya berupa pegunungan maka banyak tempat bersuhu dingin/ sejuk. Untuk menghangatkan badan mereka menggunakan cabe dalam masakan karena minuman beralkohol tidak sesuai dengan masyarakat minang yang religius. Disamping itu makanan  yang banyak diberi cabe merupakan salah satu cara supaya makanan tidak cepat basi.


Dari penjelasan di atas jelaslah betapa berartinya cabe merah dalam kehidupan masyarakat minang. Cabe selalu hadir dalam masakan mereka sehari-hari. Jadi kalau harganya naik, masyarakat minang bisa panik. Sebelum mengakhiri tulisan ini saya akan memberi tahu suatu hal. Anda boleh percaya atau tidak. Cabe di Sumatera Barat rasanya jauh lebih pedas dibanding cabe dari daerah lain, termasuk yang namanya cabe rawit. Nama cabe yang paling tinggi tingkat kepedasannya adalah lado kampuang atau disebut juga lado kambuik. Kalau dibikin sambel, bukan saja menerbitkan keringat tapi air mata juga bisa keluar saking pedasnya. Tak percaya? Coba saja.

4 komentar:

  1. SEKARANG DIPOPULERKAN OLEH AYU TING TING, SAMBA LADO... ALAMAK OIII...

    BalasHapus
    Balasan
    1. O iya, Ayu Ting-Ting mengeuarkan singel yang judulnya sambalado. Makasih mampirnya, Mas Oenzhoe. Saam kenal

      Hapus
  2. Saya suks tulisan-tulisan anda!

    BalasHapus
  3. Artikel yang menarik,

    coba mampir ke blog saya
    Padang23.blogspot.com

    BalasHapus