Jumat, 11 Maret 2016

Mengintip Sarapan Pagi yang Disukai Orang di Padang

sepiring lontong sayur memulai hari (travelmatekamu.com)

Boleh jadi tiap daerah punya menu sarapan pagi yang disukai masyarakatnya. Di Jakarta  misalnya, nasi uduk, bubur ayam, bubur kacang ijo, kupat tahu/ ketoprak, atau nasi goreng,  menjadi pilihan sarapan  sebelum memulai aktifitas. Tak perlu membuat sendiri karena ada banyak yang jualan.

Di Padang atau daerah lain di Sumatera Barat,  menurut pengamatan saya, masyarakatnya lebih menyukai lontong sayur sebagai sarapan sebelum beraktifitas. Setiap pagi, baik di jalan perumahan maupun di pinggir jalan raya, mudah ditemui orang jualan lontong sayur.  Menu yang bisa dipilih ada tiga, yakni gulai cubadak (nangka), gulai tauco/ toco atau buncis, dan gulai paku (pakis). Selain itu, ada juga lontong pical. Lontong pical ini adalah rebusan beberapa sayuran yang terdiri dari kangkung, kacang panjang, kol, tauge, timun, dan mie yang disiram kuah kacang.
penampakan lontong pical (masakanminangkabausaisuak.blogspot.co.id)

Bicara mana yang  paling disukai, tergantung selera masing-masing. Ada yang suka gulai cubadak saja, ada yang suka gulai tauco saja, atau gulai paku saja, atau campuran ketiganya. Biasanya kita yang menentukan sendiri mau lontong dengan gulai apa.

Lontong tidak dibungkus dengan daun pisang tapi menggunakan ketupat. Jadi,  di Jakarta atau di Jawa mungkin namanya ketupat sayur, tapi di daerah Minang namanya lontong sayur. Ada juga lontong yang dibuat dengan menggunakan  plastik. Lontong ini lebih praktis dan mudah membuatnya, cukup memasukkan beras ke dalam plastik sepertiganya dan ditusuk di beberapa bagian agar memudahkan air masuk ke dalam plastik, dan kemudian dimasak dalam panci yang telah berisi air kurang lebih 2-3 jam.

Satu hal yang membedakan lontong sayur khas Padang adalah kerupuk merahnya. Kerupuk yang terbuat dari tepung tapioka ini membuat tampilannya lebih menarik dan menggoda. Kerupuk ini juga menghiasi penampilan lontong pical dan soto padang. Padahal dari segi rasa, kerupuk merah ini rasanya biasa saja (Gibran mode on). Menurut saya sih, enakan kerupuk udang. Tapi kalau nggak ada, rasanya gimana gitu, serasa ada yang kurang.

Selain kerupuk merah, sebagai tambahan juga ada keripik balado. Biasanya ini sebagai pilihan dan dijual terpisah. Nggak mahal, harga perbungkusnya seribu atau dua ribu saja. Tapi jangan disamakan dengan keripik balado yang sering jadi oleh-oleh dari ranah Minang, ya. Beda bentuk dan rasanya.

Satu hal lagi yang tidak ketinggalan dan menjadi perhatian saya selama ini, hampir semua penjual lontong sayur menyediakan bakwan  dan sala lauak. Bakwan ini bisa dimakan terpisah, baik sebagai camilan atau bisa juga ditambahkan pada lontong sayur atau lontong pical.

Ada sedikit variasi dalam penyajian dan bisa di-request, yakni penambahan mie goreng dan kuah kacang pada menu yang dipesan. Ini tidak menyebabkan kenaikan harga tapi justru menambah rasanya semakin enak.  Saat menyeruput kuah gulai yang gurih ada sensasi kacang terasa di lidah. Kalau mau sedikit spesial, ya, ada tambahan telur rebus juga.

Last not but least, akhir-akhir ini ada trend saya lihat, orang yang jualan lontong sayur pada malam hari. Di depan warungnya, sengaja ditulis pengumuman “SEDIA LONTONG MALAM”. Selidik punya selidik, ternyata lontong malam ini sama aja dengan lontong yang dijual pada pagi hari, beda waktunya saja.

Itulah sekelumit  mengenai sarapan pagi yang disukai di ranah Minang. Bukannya nggak ada jenis sarapan lainnya. Masih ada penjual bubur kacang ijo (di Padang namanya bubur kacang padi!), bubur palito, bubur kampiun, bubur ayam, tapi nggak banyak yang jualan, jauh lebih mudah menemui penjual lontong sayur. Di satu ruas jalan bisa saja ditemui lebih dari tiga penjual lontong sayur. Itu artinya lontong sayur menjadi primadona sarapan pagi bagi masyarakat Padang dan sekitarnya yang masih mencintai selera lokal.

0 komentar:

Posting Komentar