Apa Sih, Yang Tak Bisa Dilakukan Demi Cinta

Demi cintanya, Jamie Nieto melakukan keajaiban pada saat hari pernikahannya. ia mampu menggerakkan kakinya yang lumpuh!

Pelayan yang Baik Hati dan Laki-Laki Tua Bertangan Buntung

Pelayan restoran cepat saji ini sungguh berhati mulia. Apa yang ia lakukan mendapat pujian dari netizen di seluruh dunia.

Gelandangan yang Menjadi Pahlawan

Meski gelandangan, wanita ini telah menyelamatkan sebuah toko kosmetik dari kemalingan. Ia pun mendapat banyak simpati dari netizen

Dahulu Baralek, Sekarang Pesta

Banyak perbedaan yang kita temui dalam acara baralek atau yang disebut pesta antara Zaman dahulu dengan Zaman sekarang. Apa saja perbedaan itu, yuk, disimak artikelnya.

Anda Pasti Terharu, Mengapa Pemilik Restoran Ini Menutup Usahanya

Dia adalah laki-laki istimewa dan sangat disayangi para pelanggan. Sesuatu tiba-tiba mengubah jalan hidupnya. Yuk, kenalan dengan dengan sosok yang bernama Tim Harris ini

Selasa, 25 Juli 2017

Apa Sih Yang Tak Bisa Dilakukan Demi Cinta?


Mantan atlit lompat tinggi olimpiade asal AS, Jamie Nieto, melakukan suatu hal penting karena cinta dan sebuah janji yang ia ucapkan pada sang kekasih, seorang atlit lari halang rintang Jamaica, Shevon Stoddart, untuk melakukan hal yang mustahil pada hari pernikahannya, yakni: berjalan.
Jamie Nieto mengalami cedera parah setelah kecelakaan bulan April 2016 lalu. Ia menderita cedera saraf tulang belakang yang menyebabkan lumpuh sebagian tubuhnya.
Meski pihak medis tidak bisa memastikan apakah Nieto, 40 tahun akan bisa berjalan lagi, ia mengatakan bahwa tak ada keraguan dalam pikirannya kalau ia akan sembuh total pada suatu hari nanti.
“Aku merasa tidak terlalu cepat. Aku ingin menjadi lebih baik. Aku akan membuatnya lebih cepat, tidak mau terlalu lambat. Tapi aku berusaha menjadi pejalan sebaik aku bisa.” Begitu ucap Nieto pada Associated Press
Pada hari Sabtu, Nieto sungguh-sungguh berjalan dengan kedua kakinya ketika masuk ke gereja di San Diego, memegang orang yang dicintainya saat menuju altar. Sementara Stoddart menyanyikan lagu balada ‘Because You Loved Me’-nya Celine Dion. Ketika mereka mengucapkan sumpah, deraian air mata pun tumpah orang yang mereka cintai pun tumpah di deretan bangku di depan altar.  Teman dan kerabat yang berkumpul bertepuk tangan dan memberikan pujian.

Dukungan kuat Stoddart juga membantu Nieto bangkit melawan penyakit yang ia alami. Pasangan tersebut pertama kali bertemu sekitar tahun 2010, saat keduanya tampil dalam sebuah audisi iklan TV
“Aku hanya berkata, Hai,” Nieto mengenangnya. Meskipun Stoddart yang berhasil mendapatkan peran di audisi itu, tak ada perasaan kecewa; keduanya tertap berhubungan via Facebook, dengan Nieto menyarankan pada satu hal kalau mereka sebaiknya mengadakan makan malam setelah pertemuan awal tersebut. Hubungan mereka berkembang semenjak itu.
Kemudian, kecelakaan tersebut awalnya menyebabkan ia tak merasakan tangan dan kakinya. “Kami membicarakan perkawinan sebelum musibah itu terjadi, dan saat aku kecelakaan, jelas bagiku,’apalagi yang kami tunggu?’ Kau tak akan pernah tahu- kau bisa saja meninggal besok,” ujarnya. “Aku menanyakan apakah ia siap menikah sekarang atau menunggu hingga aku pulih.”
Stoddart mendukung Nieto melanjutkan proses pemulihannya.

“Aku terus menyemangatinya,” ujar Stoddart dalam sebuah wawancara dengan kantor berita AP. “Setelah dia bisa berjalan menuju altar, Aku mulai suka, ‘OK, sekarang lari.’ Aku terus mendorongnya sehingga ia bisa menjadi yang terbaik yang ia bisa.


Sumber berita dan gambar di ambil di sini

Kamis, 13 Juli 2017

Cara Unik Memetik Kelapa di Pariaman

Di Sumatera Barat khususnya di Pariaman, beruk (baruak) dipekerjakan sebagai pemetik kelapa. Biasanya si Ajo si pemilik beruk akan berkeliling kampung naik sepeda atau motor  dengan beruk  duduk di stang, berkeliling menawarkan jasanya dari satu kampung ke kampung lainnya. Waktu saya ke Pauah Kamba, Pariaman, tempo hari, pernah melihat  seorang Ajo keliling kampung menawarkan jasa memetik kelapa. Si beruk dengan gagahnya nangkring di atas stang motor.

Kabupaten Pariaman, Sumatera Barat memang dikenal sebagai sentra penghasil kelapa. Hampir seluruh wilayahnya ditumbuhi pohon kelapa.  Pohon kelapanya tinggi menjulang hingga beresiko untuk dipanjat oleh manusia. Oleh sebab itu orang-orang di sana memberdayakan beruk. Saya kira itu bukan  bentuk eksploitasi karena sudah sifat orang minang barangkali, tidak mau mengambil pekerjaan yang beresiko tinggi. Jadi kalau beruk yang di suruh memetik kelapa, sudah merupakan natural habitnya. Tinggal melatihnya untuk bisa menuruti perintah sang Tuan memetik kelapa yang tua.

Saya pernah bertanya pada mintuo (bini mamak) orang Pauah Kamba, tentang beruk pemetik kelapa. Katanya untuk setiap 1 buah kelapa yang dipetik, upahnya 200 rupiah ( tak tahulah apa sekarang sudah naik). Seekor beruk mampu memetik buah kelapa hingga ratusan. Kalau bisa memetik 500 kelapa sehari, si Ajo bisa membawa pulang uang 100 ribu. Bahkan bisa lebih kalau beruknya terlatih.

Kondisi geografis Pariaman memang terletak di kawasan pesisir pantai Sumatera. Tiap kali ke sana, saya terkagum-kagum karena banyaknya pohon kelapa di mana-mana. Di halaman rumah, di parak-parak (kebun), selalu saja ditumbuhi pohon kelapa. Bahkan saya sempat berseloroh, mungkin lebih banyak pohon kelapa di Pariaman daripada jumlah penduduknya. Bahkan konon pernah saya dengar, pemda setempat bakal menerapkan pajak bagi pemilik pohon kelapa. Tak tahulah, apakah penerapan pajak kelapa itu berlaku atau tidak. Karena itulah, profesi pemungut kelapa masih bertahan sampai sekarang. Beruk-beruk tersebut diperjualbelikan dan “ditraining’ untuk terampil membedakan dan memetik buah kelapa. Harga beruk di pasaran dijual dari ratusan ribu sampai jutaan. Beruk betina lebih disukai karena  penurut dan tak suka melawan.

Pernah sekali saya melihat aksi beru memetik kelapa. Si beruk dikalungi tali oleh tuannya, dan disuruh memanjat Kelapa. Di puncak pohon, baruak tersebut dengan lincah memelintir kelapa tua dengan kaki dan tangannya. Seahli seorang Rambo memelintir kepala tentara Vietkong. Dari bawah, si Ajo mengendalikan baruak itu pakai tali. Istilahnya “remote control’.

Sekali lagi, saya tak menganggapnya ini bentuk eksploitasi karena saya melihat beruk pemetik kelapa ini sehat-sehat dan besar-besar. Bulu-bulunya halus seperti bulu kucing peliharaan. Tampangnya juga sangar. Bagi saya orang awam agak ngeri dekat-dekat. Sekali menyeringai takutlah awak dibuatnya. Jadi berkesimpulan beruk tersebut dipelihara dengan baik oleh tuannya, karena mereka tahu, beruk tersebut adalah sumber penghasilannya.


Saya juga pernah baca di koran beberapa tahun lalu, ada kejadian seekor beruk pemetik kelapa menyerang tuannya sampai mati karena si beruk ini mengamuk karena tuannya marah-marah dan terlalu memforsir tenaganya. Jadinya ia melawan. Bila merasa dieksploitasi, baruak juga bisa protes dan melawan. Kalau tak bisa melawan paling juga stress dan akhirnya gantung diri. Yang rugi toh si Ajo pemilik beruak.
Yuk, lihat aksi si beruk

artikel ini pernah dipublikasikan di sini