sepiring lontong sayur memulai hari (travelmatekamu.com) |
Boleh jadi tiap daerah punya menu sarapan pagi yang
disukai masyarakatnya. Di Jakarta misalnya, nasi uduk, bubur ayam, bubur kacang
ijo, kupat tahu/ ketoprak, atau nasi goreng, menjadi pilihan sarapan sebelum memulai aktifitas. Tak perlu membuat
sendiri karena ada banyak yang jualan.
Di Padang atau daerah lain di Sumatera Barat, menurut pengamatan saya, masyarakatnya lebih
menyukai lontong sayur sebagai sarapan sebelum beraktifitas. Setiap pagi, baik
di jalan perumahan maupun di pinggir jalan raya, mudah ditemui orang jualan
lontong sayur. Menu yang bisa dipilih
ada tiga, yakni gulai cubadak (nangka), gulai tauco/ toco atau buncis, dan
gulai paku (pakis). Selain itu, ada juga lontong pical. Lontong pical ini
adalah rebusan beberapa sayuran yang terdiri dari kangkung, kacang panjang,
kol, tauge, timun, dan mie yang disiram kuah kacang.
penampakan lontong pical (masakanminangkabausaisuak.blogspot.co.id) |
Bicara mana yang paling disukai, tergantung selera
masing-masing. Ada yang suka gulai cubadak saja, ada yang suka gulai tauco
saja, atau gulai paku saja, atau campuran ketiganya. Biasanya kita yang
menentukan sendiri mau lontong dengan gulai apa.
Lontong tidak dibungkus dengan daun pisang tapi
menggunakan ketupat. Jadi, di Jakarta
atau di Jawa mungkin namanya ketupat sayur, tapi di daerah Minang namanya
lontong sayur. Ada juga lontong yang dibuat dengan menggunakan plastik. Lontong ini lebih praktis dan mudah
membuatnya, cukup memasukkan beras ke dalam plastik sepertiganya dan ditusuk di
beberapa bagian agar memudahkan air masuk ke dalam plastik, dan kemudian
dimasak dalam panci yang telah berisi air kurang lebih 2-3 jam.
Satu hal yang membedakan lontong sayur khas Padang
adalah kerupuk merahnya. Kerupuk yang terbuat dari tepung tapioka ini membuat
tampilannya lebih menarik dan menggoda. Kerupuk ini juga menghiasi penampilan
lontong pical dan soto padang. Padahal dari segi rasa, kerupuk merah ini
rasanya biasa saja (Gibran mode on). Menurut saya sih, enakan kerupuk udang. Tapi
kalau nggak ada, rasanya gimana gitu, serasa ada yang kurang.
Selain kerupuk merah, sebagai tambahan juga ada
keripik balado. Biasanya ini sebagai pilihan dan dijual terpisah. Nggak mahal,
harga perbungkusnya seribu atau dua ribu saja. Tapi jangan disamakan dengan
keripik balado yang sering jadi oleh-oleh dari ranah Minang, ya. Beda bentuk
dan rasanya.
Satu hal lagi yang tidak ketinggalan dan menjadi perhatian
saya selama ini, hampir semua penjual lontong sayur menyediakan bakwan dan sala lauak. Bakwan ini bisa dimakan
terpisah, baik sebagai camilan atau bisa juga ditambahkan pada lontong sayur
atau lontong pical.
Ada sedikit variasi dalam penyajian dan bisa di-request,
yakni penambahan mie goreng dan kuah kacang pada menu yang dipesan. Ini tidak
menyebabkan kenaikan harga tapi justru menambah rasanya semakin enak. Saat menyeruput kuah gulai yang gurih ada
sensasi kacang terasa di lidah. Kalau mau sedikit spesial, ya, ada tambahan
telur rebus juga.
Last not but least, akhir-akhir ini ada trend saya
lihat, orang yang jualan lontong sayur pada malam hari. Di depan warungnya,
sengaja ditulis pengumuman “SEDIA LONTONG MALAM”. Selidik punya selidik,
ternyata lontong malam ini sama aja dengan lontong yang dijual pada pagi hari,
beda waktunya saja.
Itulah sekelumit
mengenai sarapan pagi yang disukai di ranah Minang. Bukannya nggak ada
jenis sarapan lainnya. Masih ada penjual bubur kacang ijo (di Padang namanya
bubur kacang padi!), bubur palito, bubur kampiun, bubur ayam, tapi nggak banyak
yang jualan, jauh lebih mudah menemui penjual lontong sayur. Di satu ruas jalan
bisa saja ditemui lebih dari tiga penjual lontong sayur. Itu artinya lontong
sayur menjadi primadona sarapan pagi bagi masyarakat Padang dan sekitarnya yang
masih mencintai selera lokal.
0 komentar:
Posting Komentar